Pada pertengahan tahun 70-an, Erno Rubik ingin membuat sebuah model sebagai alat pembelajaran untuk membantu murid-muridnya memahami geometri tiga dimensi dan akhirnya tercipta menjadi sebuah mainan teka-teki yang paling laris di dunia.
Rubik memberi nama hasil temuannya itu “Magic Cube” – Kubus Ajaib, yang kemudian mendapatkan hak paten Hungaria dan di jual pertama kali melalui perusahaan Ideal Toy Corporation. Pada tahun 1980, perusahaan Ideal Toy mengubah nama kubus ajaib tersebut menjadi “Rubik’s Cube”. Dan hingga saat ini, lebih dari 300 juta Rubik’s Cube telah dijual di seluruh dunia. Andaikata semua kubus tersebut disusun memanjang, maka itu akan cukup untuk menghubungkan kedua kutub utara dan kutub selatan !
Sebuah Rubik’s Cube standar memiliki panjang sisi yang sama ukurannya yaitu 5.7 cm. Terbentuk dari 26 potongan kecil yang disebut juga “cubelets” atau “cubies”. Ada 6 “cubies” yang disatukan dalam sebuah kerangka yang mempunyai 6 sumbu ( axis ). Dan pada kerangka inilah, sisa 20 “cubies” dipasang sedemikian rupa sehingga terbentuk sebuah kubus Rubik.
Keenam sisi kubus masing-masing terdapat 9 stiker berwarna yang dibedakan warnanya setiap sisi, di mana secara umum warnanya adalah putih, merah, biru, jingga, hijau dan kuning. Dengan mekanisme poros memungkinkan setiap sisi kubus untuk diputar secara bebas, dan dengan demikian terjadi pencampuran stiker warna dari sisi kubus yang berbeda. Dan di sinilah dasar permainan teka-teki Rubik’s Cube ini, yaitu mengembalikan setiap sisi kubus dengan stiker warna yang sama, dengan menggunakan berbagai cara atau metode penyelesaian.
Dalam hitungan matematis, sebuah kubus Rubik tepatnya mempunyai 43,252,003,274,489,856,000 atau sekitar 43 quintillion ( 43 milyar milyar ) kombinasi posisi yang memungkinkan, walaupun seringkali hanya disebut mempunyai “milyaran” kombinasi posisi, itu dikarenakan betapa besarnya angka kemungkinan posisi tersebut hingga menjadi sulit untuk disebutkan angkanya.
Sampai saat ini telah ada berbagai cara atau metode untuk menyelesaikan sebuah Rubik’s Cube dari keadaan acak kembali ke posisi semula. Metode yang paling terkenal dan dipakai oleh para Speedcuber di seluruh dunia saat ini adalah Metode Jessica Fridrich, yaitu metode yang menyelesaikan sebuah Rubik’s Cube acak secara “layer by layer” ( layer = lapisan ) dengan total jumlah algoritma yang harus dikuasai sebanyak 119 algoritma di tambah dengan beberapa algoritma intuitif pada saat fase pertama metode ini. Untuk seorang pemula atau “cuber” baru tidak disarankan untuk langsung mempelajari metode Jessica Fridrich ini. Tetapi disarankan terlebih dahulu mempelajari metode pemula ( “Beginner Method” ) yang hanya butuh mengingat beberapa algoritma dan langkah intuitif saja.
Selain metode Jessica Fridrich, juga terdapat metode lainnya seperti metode Lars Petrus dengan teknik penyelesaian blok per blok; metode Ryan Heise yang bisa menyelesaikan sebuah Rubik’s Cube kurang dari 40 langkah; metode Zborowski-Bruchem yang disarankan untuk para speedcuber yang sangat serius karena dibutuhkan penguasaan lebih dari 1000 algoritma.
Dengan menggunakan metode-metode di atas, memungkinkan seseorang yang berlatih secara intensif dapat menyelesaikan sebuah Rubik’s Cube acak dalam waktu yang relatif singkat, bahkan di bawah 10 detik! Dan belakangan, istilah “Speedcubing” pun muncul. Berbagai kompetisi “Speedcubing” telah digelar di beberapa negara di dunia, untuk menentukan siapa yang tercepat dalam menyelesaikan Rubik’s Cube. Kejuaraan dunia internasional yang pertama diselenggarakan di Budapest pada tanggal 5 Juni 1982, dan pada kejuaraan ini muncul seorang jawara bernama Minh Thai, seorang Vietnam yang belajar di Los Angeles, dengan catatan waktu 22.95 detik.
Saat ini, record dunia resmi yang diakui oleh WCA (World Cube Association) dengan catatan waktu tunggal untuk Rubik’s Cube 3×3x3 dipegang oleh Erik Akkersdijk, seorang Belanda, pada tahun 2008 di kejuaraan Czech Open 2008, dengan catatan waktu yang mencengangkan yaitu 7.08 detik ! Dan record dunia resmi dengan catatan waktu rata-rata dipegang oleh Tomasz Zolnowski, dengan waktu rata-rata 10.63 detik, pada kejuaraan Warsaw Open 2009. Meskipun demikian, catatan waktu ini bisa saja terpecahkan pada kejuaraan berikutnya, dengan munculnya “speedcuber-speedcuber” handal yang menguasai segudang algoritma ditambah dengan latihan yang super intensif, maka bukan tidak mungkin catatan waktu tersebut akan semakin dipertajam. Intinya adalah latihan, latihan dan latihan !
0 comment:
Posting Komentar